Sutan Sjahrir, Menteri Pertama di Indonesia dan Pendiri Partai PSI

Sutan Sjahrir (Soetan Sjahrir) adalah seorang tokoh pahlawan proklamasi Indonesia yang jasa tak dapat dilupakan. Dia juga dikenal dengan sebutan si Kancil, pemuda cerdas berdarah minang yang lahir pada tahun 1909 di Padang Panjang. Sangat idealis dan berjiwa nasional Sjahrir sangat menjunjung tinggi hak rakyat Indonesia untuk merdeka dan bebas dari penjajahan. Menjadi Perdana Menteri pertama di Indonesia yang di lantik pada 14 November 1945 serta membuat partai politik yaitu Partai Sosialis Indonesia pada tahun 1948 sampai 1960. Sebelumnya Sjahrir adalah wadah untuk mahasiswa muda di indonesia yang sama-sama memperjuangkan kemerdekaan, Sjahrir menjadi pimpinan perhimpunan Indonesia Belanda. Sangat berpengaruh pada kemerdekaan karena Sjahrir adalah salah satu orang penting dalam peristiwa menuju proklamasi kemerdekaan bersama Bung Karno dan Bung Hatta.

Sutan Sjahrir

BIODATA LENGKAP SOETAN SJAHRIR

  • Nama Lengkap : Ibrahim Datuk Sutan Sjahrir
  • Tempat, Tanggal Lahir : Padang Panjang, Sumatera Barat, 5 Maret 1909
  • Tempat, Tanggal Wafat : Zurich, Swis, 9 April 1966
  • Pemakaman : Taman Makam Pahlawan Nasional, di Kalibata
  • Agama : Islam
  • Istri : Siti Wahyunah, Maria Duchateau
  • Anak : Siti Rabyah Parvati Sjahrir dan Kriya Arsyah Sjahrir
  • Hobi : Mendengar musik klasik serta bermain biola
  • Almamater : Universitas Leiden (Belanda) dan Universitas Amsterdam (Belanda)
  • Partai : Partai Sosialis Indonesia (PSI)
  • Jabatan : Perdana Menteri pertama Indonesia, Ketua Partai Sosialis Indonesia, Duta Besar Keliling R.I dan Pemimpin Delegasi Perundingan Linggarjati
  • Gelar : Pahlawan Nasional Indonesia, diresmikan pada tahun 1966 karena jasa begitu besar untuk kemerdekaan Indonesia

Sutan Sjahrir

BIOGRAFI SINGKAT TENTANG LATAR BELAKANG KELUARGA SUTAN SJAHRIR

Lahir di tanah minang dengan nama Ibrahim Datuk Sutan Sjahrir, berasal dari keluarga yang terpandang serta berpendidikan tinggi. Ayah Sutan Syahrir adalah seorang Jaksa dan penasehat Sultan kerajaan Deli yang memiliki jabatan tinggi di organisasi kolonial pemerintahan Hindia-Belanda pada saat itu. Ayah nya bernama Moehammad Rasad seorang yang memiliki pemikiran rasional serta modern ia selalu mendukung anak-anak nya untuk belajar serta mengejar pendidikan setinggi mungkin. Mereka bergelar Maharaja Soetan, gelar itu diberikan masyarakat Minang secara khusus karena kedudukan tinggi keluarga Sjahrir yang memiliki pengaruh besar di masyarakat.

Ibu nya bernama Siti Puti Rabiah seorang wanita yang berasal dari tanah batak yaitu Mandailing Natal, tidak banyak info mengenai jabatan ibu Sjahrir namun di kuti dari beberapa sumber ibu Puti juga seorang yang terpandang. Rohana Kudus adalah saudara perempuan nya yang merupakan seorang wartawan wanita terkemuka di Indonesia. Soetan Sjahsam adalah saudara laki-kali Sjahrir, seorang pengusaha pribumi yang memiliki saham tinggi serta paling berpengalaman pada saat itu. Dan yang terakir saudara laki-laki Sjahrir bernama Soetan Noeralamsjah seorang ketua politikus dari Parindra (Partai Indonesia Raya) serta seorang Jaksa sama seperti ayah mereka.

RIWAYAT PENDIDIKAN SERTA PERJALANAN STUDI SOETAN SJAHRIR

Karena lahir dari keluarga berada Sjahrir dapat mengeyam pendidikan di sekolah elit seperti di sekolah dasar Europeesche Lagere School (ELS). Melanjutkan sekolah menengah pertama di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) yang dimana saat itu adalah sekolah terbaik di Medan. Karena bersekolah di sana bersama orang Belanda Sjahrir bisa membaca buku serta novel asing dari negara lain sebagai ilmu untuk dirinya di masa depan. Walaupun begitu Sjahrir tetap berusaha mencari uang sendiri, saat malam hari ia mengamen di depan Hotel De Boer yang sekarang menjadi hotel Grand Inna Medan, Hotel itu adalah tempat khusus beristirahat para orang Eropa yang sedang liburan ke Medan.

Setelah itu Sjahrir melanjutkan sekolah menengah atas di luar sumatra yakni Algemeene Middelbare School (AMS) di Bandung. Tak hanya belajar ia juga aktif mengikuti organisasi seperti di Himpunan Teater Mahasiswa Indonesia atau Batovis, sangat menyukai seni peran. Saat pentas seni kampus Sjahrir aktif sebagai Aktor dan penulis skenario serta Sutradara, aktif di organisasi membuat Sjahrir menjadi terkenal. Melanjutkan kuliah di dua universitas Belanda pada tahun 1929, karena bergaul dengan orang Eropa membuat pemikiran Sjahrir semakin maju. Ikut serta dan aktif di banyak organisasi seperti Perhimpunan Hindia Belanda yang menambah pengetahuannya tentang Demokrasi, Sosialisme serta Humanisme.

Sejak muda Sjahrir telah menunjukkan minta di dunia politik hal itu terbukti saat ia suka ikut dalam kegiatan sosial yang dimana hal itu menjurus ke politisme. Aktif debat di sekolah sampai menjadi anggota organisasi Perhimpunan Hindia Belanda. Sjahrir juga ikut serta dalam Kongres Pemuda (Jong Indonesie), Sjahrir juga ikut menyuarakan berita pemberontakan saat tragedi G30S PKI. Yang dimana saat itu Sjahrir menempelkan berita di tembok serta menyebarkan koran tentang pemberontakan Partai Komunis Indonesia. Bersama Bung Hatta, Sjahrir rajin menulis tentang pergerakan pemuda melalui majalah Daulat Rakjat. Kembali ke tanah air di akhir tahun 1931, meninggalkan kampusnya demi membenahi serta mengabdi pada tanah air.

PERDANA MENTERI PERTAMA INDONESIA

Setelah proklamasi dibacakan dan Indonesia dinyatakan merdeka, kemudian Sjahrir di lantik sebagai Menteri pertama Indonesia oleh presiden Soekarno pada 14 November 1945. Saat itu Sjahrir adalah Perdana Menteri termuda, bersama Bung Hatta Sjahrir memulai karier politik di Partai Nasional Indonesia (PNI). Menjabat sebagai Menteri luar dan dalam negeri dan selama masa jabatan  Sjahrir memimpin tiga kali periode yaitu Kabinet Sjahrir I, Sjahrir II, dan Sjahrir III. Tak sampai disitu, Sjahrir juga berusaha untuk mengembangkan dunia politik nya dengan membangun partai baru yaitu Partai Sosialis Indonesia (PSI) pada tahun 1948. Karena kecerdasan Sjahrir bisa berhasil membawa nama Indonesia diakui oleh de Facto Belanda dengan Persetujuan Linggarjati 1947.

Sutan Sjahrir,

Di awal mula kemerdekaan Sjahrir berada di lingkaran Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta. Mereka dijuluki 3 serangkai dengan nama Bung Karno Bung Hatta dan Sjahrir adalah Bung Kecil. Sjahrir membuktikan bahwa Perjuangan untuk mempertahankan NKRI tidak selalu dengan adu senjata atau berperang melawan penjajah. Dengan ilmu, kecerdasan, serta semangat yang membara ia mampu melawan para komunis dengan cara nya sendiri. Karena itu ia di kenal sebagai Bapak Revolusioner Indonesia yang cerdik intelektual dan demokratis.

PENGASINGAN SUTAN SJAHRIR KE BANDA NEIRA

Sutan Sjahrir terkenal dengan kata-kata ”Jangan Mati sebelum ke Banda Neira” yang di kutip dari salah satu tulisannya. Pada tahun 1936 sebelum Indonesia merdeka, Sjahrir bersama beberapa tokoh nasionalisme yang berpengaruh di Indonesia di buang ke Maluku tengah. Tepatnya di Banda Neira bersama Bung Hatta pertama kali Sjahrir memijakkan kaki di pulau indah itu. Banda Neira adalah pusat pala dunia pada saat itu, Belanda berkuasa penuh di Banda Neira karena ingin memonopoli sumber daya alam yang ada di sana.

Selama enam tahun lama nya Sjahrir menetap di pulau itu bersama Bung Hatta. Dan selama itu juga Sjahrir telah banyak menulis karya tulisan yang indah serta puisi yang ia tulis abadi hingga kini. Di pengasingan Sjahrir menetap di sebuah rumah dekat dermaga yang saat ini rumah itu menjadi salah satu objek wisata sejarah di kepulauan Banda Neira. Di rumah itu masih tersusun rapi barang-barang yang pernah di pakai Bung Kecil saat diasingkan di Banda Neira.

AKHIR HAYAT SUTAN SJAHRIR

Menjelang akhir hayat Sjahrir sangatlah ironis karena ia wafat dalam keadaan statusnya sebagai tahanan politik negara karena kasus PPRI. Keterlibatan partai miliknya dalam pemilihan suara PPRI itu membuat hubungan Sjahrir dengan Presiden Soekarna menjadi tidak baik dan renggang. Partai yang dibangun Sjahrir sejak awal dibubarkan pada tahun 1960, Sjahrir juga di penjara tanpa diadili selama 3 tahun. Pada tahun 1966 Sjahrir mengalami stroke dan di izinkan oleh negara untuk berobat ke Zurich Swiss, Sjahrir diantar ke Bandara Kemayoran oleh sahabat dekatnya yaitu Sugondo Djojopuspito (wakil ketua PSI).

Dengan penuh air mata Sugondo memeluk Sjahrir di bandara. Di temani oleh istrinya Siti Wahyunah, namun ia tak kunjung membaik Sjahrir pun wafat di Zurich Swiss pada tahun 1966. Sangat menyedihkan seorang pejuang dan pendiri bangsa meninggal dalam status narapidana tahanan politik, ratusan ribu masyarakat menghadiri pemakaman pahlawan berjasa itu. Tempat Peristirahatan terakhir Sjahrir adalah Taman Makam Pahlawan Nasional Utama di Kalibata (TMPNU). Karena jasa yang Sjahrir beri untuk Indonesia begitu besar, maka setelah wafat Sjahrir di beri anugerah gelar sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1966.

Sutan Sjahrir

Lihat Juga : Ameku Takao No Suiri Karte, Dokter Jenius Berotak Detektif