Frans Kaisiepo

Frans Kaisiepo, Sosok di Balik Kembalinya Papua ke Pangkuan NKRI

Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia untuk menuju kemerdekaan. Terdapat satu nama yang tercatat dengan tinta emas sebagai putra terbaik dari tanah Papua. Yaitu adalah Frans Kaisiepo sosok nya menjadi jembatan yang menghubungkan semangat nasionalisme. Dengan memiliki cita-cita untuk kemerdekaan seluruh rakyat Indonesia, Di tengah perjuangan mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia. Lahir dan besar di kota Biak Papua yang pada saat itu masih banyak dipengaruhi oleh kekuatan kolonial Belanda. Membuat diri nya memiliki tekad dan keberanian dalam berjuang memperkenalkan semangat merah putih di tengah-tengah kolonial Belanda. Tidak hanya menjadi saksi sejarah justru dirinya adalah pelaku utama yang berhasil kembali menyatukan papua ke dalam wilayah NKRI. Tidak hanya itu Frans Kaisiepo juga pernah menjabat sebagai Gubernur Provinsi Papua yang keempat. Di tahun 1993 dirinya secara resmi dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia, Atas semua usaha yang dilakukan nya untuk menyatukan Papua dengan Indonesia.

Biodata Lengkap Frans Kaisiepo :

  • Nama Lengkap : Frans Kaisiepo
  • Tempat Lahir : Biak, Papua (saat itu masih Hindia Belanda)
  • Tanggal Lahir : 10 Oktober 1921
  • Kebangsaan : Indonesia
  • Agama : Kristen
  • Pendidikan : Sekolah Guru Normal di Monokwari, Sekolah Pamong Praja di New Guinea
  • Tanggal Wafat : 10 April 1979 (umur 57 tahun)
  • Tempat Wafat : Jayapura, Papua, Indonesia
  • Nama Orang Tua : Albert Kaisiepo (Ayah), Albertina Maker (ibu)
  • Istri : Anthomina Arwam (menikah pada 1938), Maria Magdalena Moorwahyun (menikah pada 1973)
  • Anak : Manuel Kaisiepo, Beatrix Kaisiepo, Susanna Kaisiepo
  • Karier dan Perjuangan : Delegasi Papua dalam Konferensi Malino (1946), Pendiri Partai Irian Sebagaian Indonesia (ISI), Gubernur Irian Jaya keempat (1964-1973), Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (1973-1979), Anggota Dewan Pertimbangan Agung (1977-1979)

Biografi Kehidupan :

Frans Kaisiepo lahir pada 10 Oktober 1921 di Pulau Biak, Papua ayah nya bernama Albert Kaisiepo yang pada saat itu merupakan kepala suku. Sementara ibunya bernama Albertina Maker namun sayang nya dikatakan bahwa ibunya meninggal dunia pada saat dirinya masih berusia dua tahun. Sejak masih kecil dirinya sudah dikenal sebagai anak yang cerdas dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Terutama terhadap pengetahuan dunia luar dari Pulau kelahiran nya. Tinggal di daerah yang pada saat itu pendidikan formal belum banyak di jangkau oleh masyarakat disana membuat semangat nya tidak putus terhadap pendidikan. Karena melihat keinginan anak nya untuk belajar ayah nya pun mendukung keinginan nya tersebut. Akhirnya Frans menempuh pendidikan nya di Sekolah Guru Normal di Manokwari, yang pada saat itu merupakan sekolah yang bergengsi pada masa kolonial Belanda.

Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan nya di Manokwari Frans melanjutkan pendidikan nya di Sekolah Praja di Kota Nica, yang sekarang disebut kota Sentani Papua. Pada saat menempuh pendidikan di Kota Nica dirinya banyak melakukan interaksi dengan tokoh-tokoh yang memperjuangkan kemerekaan Indonesia. Dirinya pun mulai memahami pentingnya persatuan dan peran Papua bagi kemerdekaan Indonesia. Memiliki jiwa kepemimpinan membuat dirinya sering mengemukakan pendapat tentang nasib orang Papua. Tidak hanya itu Frans juga sempat mengikuti Sekolah Layanan Sipil yang berada di Nugini. Di besarkan oleh bibi nya setelah ibu nya meninggal dunia dan tinggal di pedalaman Biak, Namun dirinya cukup beruntung berhasil memperoleh pendidikan pada saat itu.

Perlawanan Frans Kaisiepo Terhadap Belanda :

Nama Frans Kaisiepo mulai dikenal atas keberaniannya dalam menyuarakan Papua dengan Indonesia. pada saat Indonesia sudah memproklamasikan kemerdekaan nya pada 17 Agustus 1945 ternyata Belanda masih berusaha untuk menguasai wilayah Papua pada 31 Agustus 1945. Dalam hal tersebut dirinya menjadi orang yang pertama kali mengibarkan bendera merah putih dan menyanyikan lagu kebangsaan di tanah Papua. Papua yang pada saat itu masih berada di bawah kekuasaan Belanda dan memiliki rencana untuk memisahkan Papua dari Indonesia. Namun frans Kaisiepo tidak setuju dengan hal tersebut dan mengatakan bahwa Papua adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Republik Indonesia. Dengan keinginan nya untuk segera menyatukan kembali Papua dengan Republik Indonesia membuat dirinya mulai aktif dalam berbagai forum dan pertemuan penting. Pada tahun 1946 dirinya menjadi satu-satu nya orang asli Papua yang diutus Nederlands Nieuw Guinea pada konferensi Malino yang di adakan di Sulawesi Selatan. Dalam konferensi tersebut Frans tampil sebagai seorang delegasi dari Papua.

Di forum tersebut dirinya secara tegas menyuarakan agar Papua segera dimasukkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan sangat menentang atas rencana penggabungan Maluku dan Papua untuk menjadi bagian dari Negara bagian Timur. Selain itu dirinya juga mengusulkan untuk mengubah nama Papuan menjadi Irian yang merupakan bahasa asli suku Biak yang meiliki arti cahaya yang akan mengusir kegelapan. Tidak hanya berhenti disitu saja dirinya juga semakin sering menyuarakan semangat nasionalisme. Sehingga membuat dirinya berada dalam tekanan dan pengawasan dari Belanda. Akibat semua aktivitas politik yang dilakukan nya membuat dirinya sering di intimidasi dan akhirnya di tangkap dan dipenjara oleh pihak Belanda pada tahun 1948. Hal tersebut justru membuatnya untuk semakin bertekad kuat dalam memperjuangkan integrasi Papua ke NKRI. Pada tahun 1950 akhirnya Frans dibebaskan kemudian langsung kembali aktif dalam gerakan nasional dan politik. Setelah bebas dirinya mulai untuk membangun komunikasi dengan para tokoh politik Indonesia dan memperkuat jaringan perjuangan.

Perjuangan Integerasi Papua :

Perjuangan Frans Kaisiepo tidak berhenti disitu saja dirinya juga mendirikan sebuah partai Irian, Yang memiliki tujuan untuk menyatukan Papua dengan Republik Indonesia. Lanjut dengan menempuh jalur politik dan juga diplomasi dan meyakinkan seluruh rakyat Papua untuk tetap bergabung dengan Indonesia. Kemudian dirinya melakukan dukungan terhadap Gerakan Pro-Indonesia yang diadakan di Biak dan Jayapura. Berkat semua upaya yang dilakukan nya akhirnya berhasil mendapatkan dukungan dari pemerintah pusat di Jakarta. Pada 19 Desember 1961 Presiden Soekarno berpidato yang mendirikan Trikora (Tri Komando Rakyat) di Yogyakarta, Hal tersebut bertujuan agar membatalkan pembentukan negara Papua yang sudah di susun oleh kolonial Belanda. Dan mengibarkan bendera Merah Putih Indonesia di Irian Barat untuk menegaskan kedaulatan Indonesia. Tidak hanya itu Presiden Soekarno juga bersiap untuk mempertahankan dan menyatukan kembali tanah air Republik Indonesia. Berkat aksi tersebut akhirnya kolonial Belanda dengan terpaksa menandatangani perjanjian yang dikenal sebagai Perjanjian New York pada 15 Agustus 1962.

Karier Politik :

Setelah berhasil melalui perjuangan yang cukup panjang  dirinya akhirnya menjabat sebagai Gubernur Irian Jaya (1964-1973). Selama menjabat dirinya dikenal sebagai sosok pemimpin yang sederhana dan dekat dengan rakyat. Tidak hanya itu selama menjabat dengan posisi sebagai Gubernur irian Jaya dirinya semakin berusaha dalam membangun pemerintahan daerah. Dan juga semakin mendorong kemajuan dari masayarakat papua untuk menjadi bagian dari Negara kesatuan Republik Indonesia. Setelah habis masa jabatan nya sebagai Gubernur dirinya juga menjabat sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dengan jabatan tersebut dirinya semakin memperjuangkan kepentingan rakyat papua di tingkat nasional. Serta berupaya dalam memberikan semangat aspirasi daerah dengan kebijakan pemerintah pusat.

Penghargaan dan Wafatnya Frans Kaisiepo :

untuk mengenang semua jasa-jasa nya dalam memperjuangkan integrasi Papua ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dirinya memperoleh banyak bentuk penghargaan untuk menghormati setiap perjuangan nya. Pada tahun 1993 dirinya diberikan puncak penghormatan dalam gelar sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh pemerintah. Namanya juga diabadikan dalam Bandar Udara Frans Kaisiepo di Biak sebagai bentuk penghormatan terhadap dirinya. Tidak hanya namanya yang di abadikan wajah nya juga pernah di abadikan pada uang kertas Rp 10.000, Untuk menegaskan posisinya menjadi salah satu tokoh Nasional yang di hormati. Tepat pada 10 April 1979 dirinya meninggal dunia karena serangan jantung dan di makamkan di sebuah lahan di seberang jalan Taman Makam pahlawan Nasional Indonesia Frans Kaisiepo.

Lihat Juga : Marshmello, Tampil dengan Helm Ikonik yang Menjadi Ciri Khasnya