Sama seperti keenam jenderal lainnya, S Parman adalah korban dari masa kelam Indonesia yang digerakkan oleh PKI. Menjadi korban yang diculik dari rumahnya, lalu dibunuh dan mayatnya dibuang ke dalam lubang buaya. Sebagai salah satu pahlawan revolusi dan tokoh militer Indonesia, ia menerima gelar sebagai Letnan Jenderal Anumerta. Ia memiliki 10 saudara kandung lainnya. Ada fakta menarik dari S Parman, yaitu sebenarnya ia adalah adik kandung dari salah satu pendukung PKI yang bernama Sakirman. Namun mereka berdua berbeda pendapat.
INFORMASI TENTANG S PARMAN
- Nama Lengkap : Siswondo Parman
- Tanggal Lahir : 04 Agustus 1918
- Tempat Lahir : Wonosobo, Jawa Tengah
- Wafat : 1 Oktober 1965, Lubang Buaya, Jakarta Timur
- Pasangan : Sumirahaju
- Anak : 1
- Kerabat : Sakirman (kakak kandung)
- Penghargaan : Pahlawan Revolusi
- Pihak : Indonesia
- Dinas/Cabang : TNI Angkatan Darat
- Masa Dinas : 1945-1965
- Pangkat : Letnan Jenderal TNI (Anumerta)
- Satuan : Polisi Militer (CPM)
PERJALANAN KARIER MILITER S PARMAN
Sesudah Indonesia merayakan kemerdekaan, S Parman ikut serta dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR) cikal Bakal Tentara Indonesia. Kemudian ia direkrut sebagai kepala staf, dan Polisi Militer pada akhir Desember 1945. 4 tahun berikutnya ia menjadi kepala staf gubernur militer, yang diangkat menjadi mayor. Dalam kesempatan ini dia berhasil menggagalkan Hanya Raja Angkatan Bersenjata (Angkatan Perang Ratu Adil/APRA). APRA merupakan suatu organisasi militer yang dipimpin oleh Raymond Westerling. bertujuan untuk membunuh komandan menteri pertahanan dan angkatan bersenjata.

Ia bertugas sebagai Corps Polisi Militer sampai saat Konferensi Meja Bundar dilaksanakan. Ketika Belanda melakukan penyerangan II, Parman juga ikut dalam gerilya. Memegang jabatan sebagai Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta. Ia dikirim ke Sekolah Militer untuk pelatihan, sekitar tahun 1951 dan dalam tahun yang sama ia diangkat menjadi komandan Polisi Militer Jakarta. Menjalani beberapa posisi di Polisi Militer Nasional HQ, dan dipindahkan ke London utusan militer Kedaulatan Indonesia. Membawa pangkat mayor, pada tanggal 28 Juni ia resmi menjadi asisten untuk Kepala Staf Angkatan Darat Letnan Jenderal Ahmad Yani.
ANTI PARTAI KOMUNIS INDONESIA (BERSEBERANGAN DENGAN PKI)
PKI dan presiden Indonesia sangat dekat waktu itu, dan beberapa penduduk juga sudah terpengaruh. Sebagai perwira intelijen, Parman sudah memahami bahwa ada maksud tersembunyi dari kegiatan PKI. PKI memberi pendapat bahwa akan menjadikan petani dan buruh agar dipersenjatai, yang nantinya akan disebut sebagai Angkatan Kelima. Namun Parman bersama beberapa perwira lainnya, menolak usul tersebut karena ada tujuan tertentu. Maka dari itu, PKI menganggap mereka sebagai musuh. Karena berperan sebagai intelijen, ia mengetahui banyak tujuan rahasia PKI. Ia menolak rencana PKI untuk membentuk Angkatan Kelima. Ini menjadi awal dari permusuhan antara mereka dengan PKI, sehingga ia dan perwira lainnya menjadi korban pembunuhan PKI.
MENJADI KORBAN PENCULIKAN DAN PEMBUNUHAN PKI
PKI menjalankan pemberontakan yang dilaksanakan pada tanggal 30 September 1965, yang disebut sebagai G30SPKI. Beberapa perwira yang menentang PKI menjadi target pembunuhan, termasuk Parman sendiri. Di hari itu, ia diculik oleh anggota Cakrabirawa dari rumahnya. Menurut biografi nya, setelah diculik ia dibawa ke lubang buaya di Halim Perdanakusuma. Para perwira TNI angkatan darat lainnya juga di bawa ke tempat yang sama lalu disiksa dan dibunuh. Sama seperti Parman, Jenderal Soeprapto, Mayjen TNI Sutoyo, Kapten Pierre Tendean merupakan perwira yang di bawa ke lubang buaya dalam keadaan hidup. Disamping itu, Jend Achmad Yani, Letjen MT Haryono, Mayjen DI Panjaitan dibawa dalam keadaan sudah tidak bernyawa dibunuh dirumah mereka masing masing. Perwira yang masih hidup, di bawa lalu disiksa habis habisan lalu dibunuh. Kemudian jenazah keenam perwira tersebut dimasukkan ke dalam sumur tua yang disebut sebagai lubang buaya.
GELAR PAHLAWAN REVOLUSI
Demi mempertahankan Pancasila Indonesia, Parman gugur karena kekejaman PKI yang diberikan gelar Pahlawan Revolusi. Bersama dengan keenam perwira lainnya, ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Sebagai bentuk penghargaan atas jasa jasanya, pangkatnya naik menjadi Letnan Jenderal dari pangkat sebelumnya yaitu Mayor.

Seluruh pahlawan yang gugur akan diberikan penghormatan, yaitu setiap tanggal 01 Oktober akan dirayakan sebagai hari Kesaktian Pancasila. Di samping itu, di daerah lubang buaya, Jakarta Timur dimana tempat jenazah ditemukan, didirikan sebuah tugu dengan latar belakang patung ketujuh Pahlawan Revolusi tersebut. Kemudian tugu itu diberi nama sebagai Tugu Kesaktian Pancasila.
Baca Juga : Sal Priadi Suara Baru di Dunia Musik Indonesia yang Menyanjung Hati