Iskandar Muda

Iskandar Muda, Pejuang Asal Aceh Dengan Berbagai Penaklukannya

Sultan Iskandar Muda, merupakan sultan Aceh ke-12 yang memimpin ditahun 1607 sampai kepergiannya 1636. Di bawah kekuasaanya, Kesultanan Aceh meraih puncak terluas sebagai negara terkuat dan terkaya yang menguasai kepulauan Indonesia bagian barat dan Selat Melaka. Iskandar Muda artinya Alexander Muda, di mana penguasaannya sering dibandingkan dengan penguasaan Alexander Agung.

Di samping penguasaannya yang hebat, saat masa pemerintahannya Aceh dianggap sebagai pusat pembelajaran Islam dan perdagangan internasional. Ia keturunan langsung dari Ali Mughayat Syah, sekaligus Sultan Aceh terakhir. Setelah kematiannya, dinasti pendiri Kesultanan Aceh punah yaitu Meukuta Alam dan digantikan oleh dinasti lain.

INFORMASI SULTAN ISKANDAR MUDA

  • Nama Lahir : Iskandar Muda
  • Lahir : 1583
  • Tempat Lahir : Banda Aceh, Kesultanan Aceh
  • Kematian : 27 Desember 1636, Banda Aceh, Kesultanan Aceh
  • Pasangan : Putroe Tsani, Putroe Meuligoe, Kamaliah, Siti Ungu Putri Inai
  • Ayah : Sultan Mansur Syah
  • Ibu : Puteri Raja Inderabangsa
  • Agama : Islam
  • Keturunan : Tuanku Maharaja Hitam, Putra Mahkota Meurah Pupok, Putri Sri Alam, Raja Abdul Jalil Syah I dari Asahan
  • Masa Kekuasaan : 1607-1636
  • Penerus : Iskandar Tsani
  • Dikenal Sebagai : Pahlawan Nasional Indonesia

MASA KECIL DAN ASAL USUL KELUARGA

Dari golongan leluhur ibu, ia merupakan keturunan dari Raja Darul Kamal sedangkan dari golongan leluhur ayah ia keturunan Raja Makota Alam. Dahulu kedua leluhur tersebut, adalah dua tempat pemukiman bertetangga yang satuannya adalah asal mula Aceh Darussalam. Iskandar sendiri merupakan wakil dari kedua cabang tersebut, yang memiliki hak sepenuhnya menuntut takhta.

Ibunya bernama Putri Raja Indra Bangsa, adalah anak dari Sultan Alauddin Riayat Syah yang tidak lain adalah sultan Aceh ke-10. Secara upacara besar besaran, Putri Raja Indra Bangsa menikah dengan Sultan Mansur Syah. Sultan Mansur Syah adalah anak dari cucu Sultan Aceh ke-3, Sultan Abdul-Jalil. Hingga akhir hayat Iskandar, ia adalah penguasa Aceh keturunan terakhir Dinasti Meukuta Alam pendiri Kesultanan Aceh yang bertakhta.

PERNIKAHAN SULTAN ISKANDAR MUDA

Beliau menikah dengan Putri dari Kesultanan Pahang, yang bernama Putroe Phang. Bukti dari rasa cintanya yang besar kepada istrinya, Iskandar menurunkan perintah untuk membangun Gunongan ditengah Medan Khayali. Karena istrinya selalu bersedih merindukan kampung halamannya, maka dari itu ia membangun Gunongan sebagai obat rindu sang istri. Sampai saat ini, bangunan tersebut dapat dilihat dan dikunjungi.

Selain menjadi permaisuri, Putri Phang juga menjadi penasihat untuk suaminya. Pembentukan Majelis Syura yang terdiri dari 73 orang, adalah salah satu wujud nasehat darinya di mana menjadi perwakilan penduduk dalam kerajaan Aceh. Ada sebuah kata yang berhikmat, sebagai bentuk penghormatan bagi Putroe Phang. Adat bak Potue Meureuhom, Hukom bak Syiah Kuala, Kanun bak Putroe Phang, Reusam bak Laksamana, Hukom ngon adat lagee zat ngon sifuet. Kata kata berhikmat tersebut, berisi tentang pembagian kekuasaan kerajaan Aceh Darussalam.

PENAKLUKANNYA DI BEBERAPA WILAYAH

Kejayaannya berdasarkan pada keahlian militernya. Setelah menerima kekuasaan, ia segera memantapkan kendali atas Sumatra utara. Di tahun 1612, ia mengalahkan Deli dan ditahun 1613 ia mengalahkan Aru dan Johor. Setelah penguasaannya di Johor, Sultannya Alauddin Riayat Syah II dan keluarga kerajaan lain dibawa ke Aceh dengan kelompok pedagang dari Perusahaan Hindia Timur Belanda.

Akan tetapi, Johor bisa mengusir sekelompok keamanan Aceh di akhir tahun itu dan Iskandar Muda tidak pernah bisa memperkuat kendali tetapi atas daerah tersebut. Kemudian Johor membuat hubungan kerja sama dengan Pahang, Palembang, Jambi, Inderagiri, Kampar dan Siak untuk melawan Aceh. Iskandar terus menjalankan kampanye nya, dan pada tahun 1614 ia mampu mengalahkan pasukan Portugis di Bintan.

Di tahun 1617, Iskandar mengalahkan Pahang dan membawa Sultannya Ahmed Syah ke Aceh. Selanjutnya di Kedah, di mana ibu kotanya dihancurkan pada tahun 1619 dan rakyat yang selamat dibawa ke Aceh. Penangkapan yang sama terjadi di Perak pada tahun 1620, saat 5.000 orang ditahan dan dibiarkan mati di Aceh. Kembali ke penangkapan di Johor tahun 1623, dan merebut Nias ditahun 1624. Ketika ada di titik kekuasaan Aceh ini, kekuasaan Portugis sangat terancam di Melaka.

Di tahun 1629, ia meluncurkan ratusan kapal untuk melakukan penyerangan di Melaka. Namun rencana ini gagal dan menghancurkan. Setelah misi itu gagal, Iskandar hanya menjalankan dua ekspedisi laut tahun 1630 dan 1634. Kedua misi ini untuk menghancurkan perlawanan di Pahang, sekaligus untuk menegakkan Islam di daerah itu. Ada sisi gelap dari Iskandar Muda, ia adalah orang yang sangat kejam dalam menyusun rencana berupa siksaan bagi orang yang tidak menyenangkannya. Ada seorang bangsawan yang menang dalam pertandingan Sabung Ayam, namun mendapat penderitaan hingga meninggal yang sangat memalukan. Selain itu, para Jenderal yang gagal dalam investigasi mereka terkadang dipaksa untuk memakan sepiring kotoran.

MASA KEKUASAAN

Jangka waktu kekuasaan Iskandar mulai dari tahun 1607, sampai 1636 di mana menjadi masa yang sangat cemerlang untuk Kesultanan Aceh. Meskipun di sisi lain ada penentangan di hari berikutnya setelah kematiannya, karena kontrol ketat yang ia lakukan. Saat masa kejayaannya, Aceh adalah negeri yang sangat kaya dan tentram. Pendapat dari penjelajah asal Prancis yang ada di masa kejayaan Aceh Sultan Iskandar Muda Meukuta Perkasa Alam.

Saat masa kekuasaannya dimulai, ia segera melakukan pengiriman angkatan laut yang membuatnya menerima kontrol yang berhasil di wilayah barat laut Indonesia. Wewenang kerajaan berjalan dengan lancar, baik dipelabuhan penting di pantai barat Sumatra maupun di pantai timur sampek ke Asahan di selatan. Kerajaannya kaya raya, dan menjadi pusat ilmu pengetahuan. Pelayarannya sampai ke Penang, para pedagang asing dipaksa tunduk kepadanya.

HUBUNGAN KERAJAAN ACEH DENGAN NEGARA ASING

INGGRIS

Ratu dari Inggris, Elizabeth memerintahkan utusannya untuk memberikan surat untuk Saudara Hamba, Raja Aceh Darussalam. Tidak hanya surat, ia juga memberikan perhiasan yang mahal kepada raja Aceh itu. Raja Aceh mengizinkan Inggris untuk singgah, dan berdagang di daerah kekuasaan Aceh. Bahkan ratu Inggris tersebut juga memberikan hadiah berupa sepasang gelang, yang terbuat dari batu rubi dan surat yang ditulis dengan tinta emas.

Surat dari ratu Inggris tersebut di balas oleh Sultan Aceh berikut isi dari surat balasan tersebut. Hambalah sang penguasa perkasa negeri negeri di bawah angin, yang terhimpun di atas tanah Aceh dan tanah Sumatra dan atas seluruh wilayah wilayah yang tunduk kepada Aceh, yang terbentang dari ufuk matahari terbit sampai matahari terbenam. Sampai masa raja James I dari Inggris, hubungan romantis antara Aceh dan Inggris masih terus berlanjut. Sebuah meriam diberikan kepada Sultan Aceh, sebagai hadiah dari Raja James.

BELANDA

Aceh menjalin hubungan baik bukan hanya dengan Inggris, tetapi juga dengan Pangeran Maurits pendiri dinasti Oranje. Dengan tujuan yang sama, meminta bantuan dari Sultan Aceh. Dengan sambutan yang hangat dari Sultan, dan memerintahkan rombongannya ke Belanda. Rombongan tersebut dipimpin oleh Tuanku Abdul Hamid.

Rombongan tersebut juga sebagai orang Indonesia pertama yang singgah ke Belanda. Saat berkunjung ke Belanda, Tuanku Abdul Hamid sakit dan meninggal dunia. Di makamkan di Belanda secara besar besaran, di mana pembesar pembesar Belanda juga turut hadir. Akan tetapi orang Belanda belum pernah melakukan pemakaman secara Islam, maka dari itu ia dimakamkan sesuai dengan cara agama Nasrani di pekarangan sebuah gereja.

UTSMANIYAH TURKI

Saat masa Iskandar, ia memerintahkan anggotanya untuk berhadapan dengan Sultan Utsmaniyah yang berada di Konstantinopel (Istanbul). Tetapi para utusan harus hidup tidak menentu, dan menjual sedikit hadiah persembahan demi mereka bisa bertahan hidup karena saat itu Sultan Utsmaniyah sedang sakit. Sisa persembahan hanya Lada Sicupak atau Lada sekarung, namun mereka tetap disambut hangat oleh Sultan.

Hadiah diterima dengan senang hati, dan Sultan memberikan sebuah meriam dan mengirimkan beberapa orang yang ahli dalam perang untuk membantu kerajaan Aceh. Hingga saat ini, meriam itu masih ada dan diberi nama Meriam Lada Sicupak. Di masa berikutnya, Sultan Aceh menerima bintang jasa dari Raja Ottoman.

PRANCIS

Raja Prancis mengirim utusannya menuju kerajaan Aceh, sekaligus membawa cermin berharga untuk Sultan Aceh. Namun, ditengah jalan kaca tersebut pecah dan para utusan hanya memberikan pecahan kaca tersebut kepada sang Sultan. Didapati dalam bukunya, Denys Lombard yang menyampaikan bahwa Sultan Iskandar Muda sangat menyukai barang barang berharga.

Pada waktu itu, Kerajaan Aceh adalah satu satunya kerajaan Melayu yang mempunyai Aula Kaca di dalam Istananya. Utusan Prancis berpendapat, bahwa luasnya Istana Aceh berkisar dua kilometer. Nama istana tersebut adalah Istana Dalam Darud Donya, yang kini menjadi Meuligoe Aceh kediaman Gubernur. Didalamnya ada Medan Khayali dan Medan Khaerani, yang bisa menampung 300 ekor pasukan gajah.

TANDA PENGHORMATAN

Kurang lebih selama 30 tahun masa kekuasaannya, dari 1606 sampai 1636 SM Sultan Iskandar sudah menghantarkan Kerajaan Aceh Darussalam kepada masa kejayaan. Pada waktu itu, kerajaan ini sebagai kerajaan Islam kelima terbesar di dunia sesudah kerajaan Islam Maroko, Isfahan, Persia dan Agra. Semua daerah semenanjung Melayu, sudah digabungkan dibawah kekuasaannya.

Dari sisi ekonomi, Iskandar juga mempunyai hubungan negosiasi perdagangan yang cukup baik secara internasional. Seluruh rakyat Aceh hidup dengan tentram, dibawah kontrol Sultan Iskandar yang merangkum semua aspek kehidupan. Ia diberikan gelar sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah pada tahu 1993, atas seluruh jasa nya untuk hubungan ketatanegaraan dan kejayaannya.

BEBERAPA TEMPAT YANG DINAMAI BERDASARKAN NAMA SULTAN ISKANDAR MUDA

  • Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda
Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Bueng Bakjok, Kec. Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar, Aceh 23373, Indonesia
  • Komando Daerah Militer Iskandar Muda
Kantor Pusat Banda Aceh, Indonesia
  • Universitas Iskandar Muda
Jl. Kampus Unida No.15, Surien, Kec. Meuraxa, Kota Banda Aceh, Aceh 23234, Indonesia
  • Pupuk Iskandar Muda
Kantor Pusat Lhokseumawe, Aceh
  • KRI Sultan Iskandar Muda
Kapal Patroli Diluncurkan 24 November 2007
  • Yayasan Perguruan Iskandar Muda
Yayasan Perguruan Iskandar Muda Jl. Sunggal Gg. Bakul Jalan Tengku Amir Hamzah Pekan I, Sunggal, Kec. Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara 20128, Indonesia

Baca Juga : Gunung Mekongga Legenda Tentang Burung Pemangsa