Jamin Ginting

Jamin Ginting, Pahlawan Bersejarah yang Berasal dari Tanah Karo

Pahlawan kali ini berasal dari Tanah Karo, Jamin Ginting Suka yang lahir pada tanggal 12 Januari 1921 di Desa Suka, Tiga Panah, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Ia menjadi salah satu pejuang yang berasal dari karo. Tepat di tanggal 7 November 2014 lalu, ia dianggap sebagai Pahlawan Nasional oleh Joko Widodo. Selama masa hidupnya, ia banyak menerbitkan beberapa buku.

Bukit Kadir adalah salah satu buku yang ia buat, untuk mengingat salah satu anggota dibawah pimpinannya untuk melawan Belanda. Anggota tersebut bernama Kadir, yang tewas dalam pertarungan melawan Belanda di perbukitan di Tanah Karo. Kabarnya, saat ini bukit tersebut juga di namakan Bukit Kadir yang bertujuan untuk mengenang jasanya.

Perjalanan hidup Jamin Ginting perlu disimak dengan baik, banyak kisah inspiratif dalam perjalanan hidupnya. Sebelum ia menjadi komandan dan menjadi duta besar, dahulu ia sempat menjadi tentara PETA. Menjadi seorang pemimpin pertempuran melawan Belanda di Tanah Karo, ia menyatukan Tentara PETA.

Kelompok yang dipimpinnya itu, kemudian berkembang menjadi persatuan yang lebih besar yaitu Kodam II/Bukit Barisan. Pada masa itu ia berpangkat sebagai Letnal Kolonel, kemudian ditunjuk sebagai wakil komandan Kodam II/Bukit Barisan. Kemudian Ginting ada di pihak Soeharto, dan karena kedekatannya tersebut ia dipilih menjadi anggota DPR di bawah pimpinan Golkar dari tahun 1968 sampai 1972.

 INFORMASI LENGKAP JAMIN GINTING

  • Nama Lahir : Jamin Ginting Suka
  • Tanggal Lahir : 12 Januari 1921
  • Tempat Lahir : Desa Suka, Tiga Panah, Kabupaten Karo, Sumatera Utara
  • Wafat : 23 Oktober 1974, Ottawa, Kanada
  • Istri : Likas Tarigan
  • Anak : 5
  • Orang Tua : Lantak Ginting Suka (Ayah), Tindang br, Tarigan (Ibu)
  • Jabatan I : Sekretaris Kabinet Indonesia ke-2 (1 Maret 1966 – 27 Maret 1966)
  • Jabatan II : Wakil Sekretaris Negara Indonesia ke-1 (30 Maret 1966 – 25 Juli 1966)
  • Jabatan III : Panglima Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan (1956 – 1961)
  • Partai Politik : Golkar
  • Penghargaan Sipil : Pahlawan Nasional Indonesia
  •  Dinas atau Cabang : TNI Angkatan Darat
  • Masa Dinas : 1943 – 1968
  • Pangkat : Letnal Jenderal
  • Pertempuran : Revolusi Nasional Indonesia, Pertempuran Medan Area, Pemberontakan Darul Islam, Pemberontakan PPRI, Operasi Trikora

AWAL KEHIDUPAN

Pada tanggal 21 Januari 1921, ia lahir dengan nama Jamin Ginting Suka di Desa Suka, Tiga Panah, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Lantak Ginting Suka merupakan ayahnya, yang berprofesi sebagai penghulu desa. Sedangkan ibunya bernama Tindang Tarigan. Ginting menerima pendidikan di Belanda berkat posisi ayahnya. Pendidikan dasarnya dimulai di Kabanjahe, dan meneruskan pendidikan menengahnya di Kota Medan. Namun Ginting tidak sempat menyelesaikan sekolah menengahnya, karena pada saat itu Jepang sudah hadir dan menguasai Indonesia.

KARIER MILITER JAMIN GINTING

Awalnya Jepang masuk dan membuat kelompok tentara, yang terdiri dari anak anak muda di Tanah Karo. Hal ini dilakukan untuk memperkuat pasukan, karena ingin mempertahankan kekuasaan mereka di Asia. Pada masa itu, Ginting menjadi komandan terhadap pasukan tersebut.

Namun akhirnya Jepang kalah dan menyerah kepada sekutu saat Perang Dunia II, dan membiarkan wilayah kekuasaan mereka dan kembali ke Jepang. Berperan sebagai komandan, Ginting bergerak mempererat pasukannya. Salah satu yang menjadi keinginannya adalah, mendirikan kesatuan tentara di Sumatera Utara.

Sebisa mungkin ia memberikan keyakikan kepada anggotanya, untuk jangan kembali ke daerah mereka masing masing. Dirinya mengharapkan suka rela mereka, untuk bersedia melindungi rakyat Karo dari semua kekuasaan yang ingin menguasai daerah Sumatera Utara. Masa itu keadaan politik tidak menentu, dan di sisi lain Belanda dan Inggris masih berambisi untuk menguasai daerah Sumatra.

PENYERANGAN MILITER BELANDA

Tercatat di tanggal 21 Juli 1947, Belanda pun datang dan melakukan serangan militer pertama mereka di semua daerah Indonesia termasuk Kota Medan dan sekitarnya. Kala itu Ginting pimpinan untuk perlawanan di Front Tanah Karo (Sibolangit, Pancurbatu, Tuntungan, Merek dan Seribodolok). Merasa didesak oleh pasukan Belanda, ia menempatkan markas komando nya ke Bukit Tusam, Tanah Alas, dan Aceh Tengah.

Markas dipindahkan dengan tujuan sebagai, bentuk persiapan perlawanan terhadap Belanda. Ginting juga melakukan tujuan pengawalan, Wakil Presiden Mohammad Hatta dari Brastagi ke Bukit Tinggi. Pada masa itu, Brastagi sudah dikuasai oleh Belanda, namun Wakil Presiden berhasil dengan selamat sampai ke Bukit Tinggi karena pengawalan Ginting.

Serangan kedua kembali dilakukan Belanda, karena ingin merampas Yogyakarta dan kota besar lainnya. Belanda menangkap Soekarno dan Hatta. Kemudian Panglima Soedirman, mengarahkan untuk meneruskan perjuangan gerilya. Kemudian perjuangan tersebut dilaksanakan Ginting, di Kota Medan dan sekitarnya.

Kelompok Ginting berhasil menyerang pos terdepan Belanda di Tanah Karo, dan menguasai pos tersebut pada tanggal 23 Desember 1948. Selanjutnya kesatuan Ginting bergerak menuju Selalawang, Bukum, Basukum, Pernagenen, Barusianggehen, Layosigayo, Namo Cengkih dan sekitarnya. Melakukan perbincangan dengan pihak Belanda, akhirnya di akhir tahun 1949 mengakui kedaulatan Pemerintahan Indonesia.

PEMUSNAHAN PEMBERONTAKAN

Ginting direkrut sebagai komando Basis Kota Medan, setelah itu namanya diubah menjadi Komando Militer Kota Besar Medan yang nantinya akan menjadi Komando Militer Bukit Barisan. Kemudian ia diangkat sebagai Komandan Resimen II Sumatera Timur. Setelah menjadi Komandan Resimen, pasukannya ikut serta dalam operasi pemusnahan pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia pimpinan dari Teungku Daud Beureueh di Aceh. Selain itu, Ginting juga memimpin kelompoknya dalam pemusnahan Organisasi Pertahanan Desa (OPD) dibawah pengaruh komunis.

PANGLIMA TT01BB

Jamin Ginting direkrut sebagai Kepala Staf Tentara Teritorium I Bukit Barisan (TT01BB), yang berpusat di Medan. Sesudah pemilu tahun 1955, beberapa panglima teritorium menolak kebijakan Pemerintahan Pusat. Pada awalnya Ginting memberi dukungan pergerakkan PPRI di Sumatera, namun ia berbalik arah dan mendukung Pemerintahan Pusat setelah mendapat perintah untuk mengambil alih komando Bukit Barisan. Mulai dari tanggal 27 Desember 1956 sampai 4 Januari 1961, ia menjadi panglima TT01BB menggantikan Mauludin Simbolon.

Ginting berhasil memusnahkan pergerakan PPRI di Sumatera Utara, dan karena ini ia diangkat menjadi Panglima TT01BB menggantikan Moludin Sombolon. Pada tanggal 28 Juni 1962, ia direkrut menjadi Asisten II Menteri Panglima Angkatan Darat dan pindah dari Medan ke Jakarta. Ginting diperintahkan untuk menyiapkan pasukan Angkatan Darat dalam operasi perebutan Irian Barat. Menpangad Ahmad Yani merekrutnya menjadi pimpinan Sekretaris Bersama (Sekber), Golkar dan Deputi Sekretaris Front Nasional.

 AKHIR HAYAT JAMIN GINTING

Menerima tugas dari Pemerintah, Jamin Ginting menuju ke Kanada dan menjadi Duta Besar Berkuasa Penuh Indonesia dengan pangkat Letnal Jenderal pada tahun 1972. Meskipun tidak terlalu suka dengan perintah tersebut, namun ia tetap melaksanakan tugasnya. Pada saat itu ia berusia 53 tahun, dimana ia menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 15.30 30 Oktober 1974 karena penyakit darah tingginya.

Kemudian jenazahnya dibawa pulang dari Ottawa ke Jakarta, dan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata. Sebagai perhargaan untuk semua jasanya, tepat di tanggal 6 November 2014 Joko Widodo memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Jamin Ginting. Atas jasanya yang besar terhadap Sumatera Utara, namanya juga dijadikan sebagai nama jalan terpanjang di Indonesia yaitu jalan Jamin Ginting mulai dari Kota Medan sampai di Kabupaten Karo. Patungnya juga dibuat, yang terdapat di titik nol pada jalan tersebut.

Baca Juga : Ameku Takao No Suiri Karte, Dokter Jenius Berotak Detektif