Kesultanan Aceh memiliki banyak perempuan tangguh yang berjuang melawan penjajahan dari Belanda, salah satu nya adalah Keumalahayati atau Laksamana Malahayati . Banyak yang mengatakan bahwa nama Malahayati di ambil dari bahasa Arab yaitu ” Hayati ” memiliki arti ” Kehidupan”. Laksamana Hayati adalah pahlawan wanita serta pejuang yang berasal dari Aceh, memiliki murni keturunan dari Kesultanan Aceh yang merupakan kerabatnya. Ayah nya adalah seorang angkatan laut bergelar Laksamana (Laksamana Mahmud Syah), kakek dari pihak ayah Hayati bernama Laksamana Muhammad Said Syah yang juga angkatan laut. Laksamana Muhammad Said Syah Merupakan putra dari pendiri Kerajaan Aceh. Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah pendiri Kerajaan Aceh Darussalam yang menjabat dari tahun 1513 Masehi sampai 1530 Masehi.
Lahir dari latar belakang keluarga angkatan laut membuat Hayati belajar bela diri perang dan ilmu kelautan sejak masih kecil. Setelah dewasa ia mampu memimpin sekitar 2000 wanita yang di tinggal mati oleh suami mereka karena perang. Para wanita itu disebut Inong Balee, Laksamana Malahayati mengumpulkan para janda janda untuk melanjutkan perjuangan suami mereka melawan Portugis dan Belanda. Mereka berperang melawan para penjajah dengan menjaga laut serta menyerang kapal dan benteng yang ada di Aceh saat itu. Pada tanggal 11 September tahun 1599 Malahayati berhasil membunuh seorang penjajah Belanda bernama Cornelis de Houtman. Malahayati membunuh Cornelis de Houtman dengan duel satu lawan satu, tak hanya itu ia juga meledakkan kapal mereka di laut Aceh. Karena aksi keberanian sangat hebat itu Malahayati di beri gelar Laksamana oleh Sultan Riayat Syah, ia merupakan Laksamana wanita pertama di dunia.
AWAL KEHIDUPAN LAKSAMANA MALAHAYATI
Karena Lahir di lingkungan istana, Sejak kecil Hayati sudah turut ikut dalam pelatihan perang laut oleh ayah dan saudara nya yang lain. Hayati di didik sejak remaja dengan pendidikan militer angkatan laut, Hal itu yang membuat semangat Hayati untuk bisa menjadi Laksamana seperti ayah dan kakek nya. Malahayati bersekolah di Ma’had Baitul Mahdis yang dimana sekolah itu adalah akademi militer milik Kesultanan Aceh. Gadis memanfaatkan fasilitas dari keluarga nya dengan baik serta bertujuan membela tanah kelahirannya, meskipun ia seorang wanita ia harus berjuang. Di Ma’had Baitul Mahdis Hayati mempelajari ilmu perang, strategi melawan musuh, pertempuran di laut serta ilmu seni pelayaran. Tak hanya itu Malahayati juga mempelajari strategi serta teknik perang laut dari Timur tengah yaitu Kesultanan Utsmaniyah.
Setelah dewasa Malahayti jatuh pada senior nya di akademi militer bernama Mahad Baitul Maqdis seorang pria gagah dan pemberani. Setelah Hayati menyelesaikan pendidikan militer ia kemudian menikah dengan Mahad Baitul Maqdis, dan suami nya di angkat menjadi kepala Panglima istana. Mereka berdua berkomitmen untuk bersama menjaga keutuhan Aceh serta Kerajaan dari gangguan luar seperti para Portugis dan Belanda. Suatu hari Kerajaan mereka di serang oleh bangsa Portugis dan suami Hayati ikut dalam peperangan itu. Namun sangat disayangkan Laksamana Tuanku Mahmudin meninggal dunia di teluk Haru. Perang di teluk Haru memang dimenangkan oleh Kerajaan Aceh tetapi para pasukan perang mereka banyak yang gugur termasuk suami Malahayati.
BIOGRAFI (RIWAYAT HIDUP) SINGKAT MALAYAHATI
Nama asli Laksamana Malahayati adalah Keumalahayati, yang kemudian menjadi Laksamana Malahayati setelah ia berhasil membunuh penjajah dari bangsa Portugis. Lahir pada 1 Januari tahun 1950 di Aceh Besar dan wafat pada tanggal 30 Juni 1606. Wafat di saat umur 56 tahun dan dikebumikan di daerah Krueng Raya tepatnya di desa Lamreh Aceh Besar. Laksamana Malahayati gugur dalam perang melawan Portugis yang hendak menguasai Selat Malaka. Semasa hidup menjabat sebagai Laksamana panglima serta pemimpin pasukan Inong Balee yang sangat ditakuti oleh para musuh (penjajah). Mengabdi pada kesultanan Aceh sejak tahun 1585 sampai 1606 dan telah banyak memenangkan berbagai perang di area laut. Laksamana Malahayati dianugerahkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 9 November tahun 2017 karena jasa nya yang begitu besar untuk mempertahankan Kedaulatan Aceh.
PEMIMPIN PASUKAN INONG BALEE
Setelah suami tercinta gugur di medan perang, Malahayati bersama istri yang suami nya juga meninggal karena perang (jihad) membentuk sebuah pasukan yaitu Inong Balee. Mereka adalah para janda yang di tinggal wafat karena suami mereka gugur di medan perang. Laksamana Malahayati meminta izin kepada kesultanan aceh untuk membuat pasukan Inong Balee, dan hal itu tentu saja di setujui. Sultan Alaydin Ali Riayat Syah selaku raja Aceh saat itu memberi dukungan berupa 100 unit kapal tempur untuk berperang. Satu kapal itu bisa muat sebanyak 400 pasukan, yang dimana pasukan Inong Balee terdiri dari 2000 pasukan. Kapal Inong Balee yang berkuasa di lautan menjadi ketakutan bagi para bangsa Portugis dan Belanda yang ingin memasuki perairan Aceh. Hal itu terbukti bahwa kekuatan maritim para Inong Balee sebagai wanita tangguh aceh sangat di segani pada zaman itu.
Laksamana Malahayati yang di tinggal wafat oleh suami nya kala itu bersumpah untuk menghabisi para penjajah dengan tangannya sendiri. Maka dari itu ia meminta persetujuan pada keluarga nya kesultanan Aceh untuk membentuk para wanita lain yang senasib dengan dirinya. Pasukan para janda (Inong Balee) bertempur melawan para penjajah dari Portugis hingga Belanda, berlayar mengairi selat Malaka Sumatera sampe ke Malaya. Mereka membuat benteng pertahanan dengan tinggi 100 yang sangat kuat sebagai pertahanan dari serangan musuh, benteng itu berada di Teluk Lamreh, Krueng raya, Aceh besar. Berfokus untuk menjaga pelabuhan-pelabuhan di laut samudera Aceh serta mengamankan para pedagang jual beli antar laut.
PERJUANGAN MELAWAN BELANDA SERTA MEMPERTAHANKAN KEDAULATAN ACEH
Pada tahun 1599 tepatnya di tanggal 21 Juni, dua kapal dari negeri Belanda dengan membawa banyak pasukan yang di pimpin oleh Cornelis de Houtman dan Fredik de Houtman. Kapal mereka ingin melabuh di pelabuhan Aceh besar. Namun kesultanan Aceh tidak memberi izin karena perilaku mereka yang kurang berkenan pada masyarakat setempat daerah pelabuhan. Akhirnya Kapal Cornelis tertahan di tengah-tengah laut, Malahayati bersama Inong Balee sudah mempersiapkan perang dengan perintah dari Sultan yang menyuruh mereka untuk mengusir Kapal Cornelis dari laut Aceh. Perang senjata pun tidak lagi dapat di hindari, para Inong Balee yang dipimpin oleh Malahayati berhasil menghancurkan seluruh awak kapal. Laksamana Malahayati berhasil membunuh Cornelis de Houtman menggunakan rencong dengan pertarungan satu lawan satu di atas perairan Aceh besar.
Tak hanya mengusai ilmu militer, Laksamana Malahayati juga seorang diplomat yang cerdas lulusan akademi Ma’had Baitul Mahdis. Saat Belanda bernegosiasi dengan Kesultanan Aceh untuk membebaskan Fredik de Houtman yang saat itu masih di penjara oleh Sultan Aceh, Malahayati lah yang berunding dengan Belanda. Akhirnya pihak Belanda mengganti kerugian yang mereka buat setelah peperangan kemarin guna untuk membebaskan Fredik bersama para prajurit mereka. Pada 5 Juni 1602 Malahayati kembali di percaya untuk menerima utusan kapal dari Ratu Elizabeth I. Kapal bernama Red Dragon tersebut dipimpin oleh James Lancaster yang bertujuan untuk berdagang, James menyampaikan niat baik nya. Niat baik yang di maksud adalah mereka hanya ingin membeli rempah-rempah khas Aceh dan tidak ingin berperang, misi itu pun di sambut baik oleh Laksamana Malahayati.
PERHARGAAN UNTUK JASA LAKSAMANA MALAHAYATI
- Nama Malahayati sebagai Laksamana wanita pertama di dunia dipakai untuk nama beberapa jalan yang ada di Indonesia
- Di dunia militer, Kapal perang untuk TNI Angkatan Laut di beri nama KRI MALAHAYATI
- Di dunia pendidikan Indonesia, Universitas Politeknik Pelayaran Aceh Besar di beri nama Universitas Malahayati
- Pada 2007, Kisah Laksamana Malahayati di adaptasi menjadi sebuah karya film yang menceritakan riwayat hidup sang Laksamana
- Nama Malahayati saat ini juga di pakai untuk Organisasi Masyarakat yaitu Garda Wanita Malahayati
- Makam Malahayati kini sudah pugar kembali dan dapat di kunjungi dengan nama Cagar Budaya Makam Laksamana Malahayati
- Dan yang terakhir, saat ini sedang di bangun Museum Bahari sebagai kenangan untuk warisan sejarah dari Laksamana Malahayati
Baca Juga : Sinden Gaib, Kisah Nyata Teror Mistis Mbah Sarinten di Trenggelek